Memaknai Kehidupan Melalui Nuzulul Qur’an 

    Memaknai Kehidupan Melalui Nuzulul Qur’an 

    KOTA MALANG - Peran Al-Qur’an sebagai kitab suci umat muslim sering mengalami dinamika pemahaman, setiap saat ketika memahaminya maka hadirlah sebuah wacana dan inspirasi-inspirasi baru dalam risalah kehidupan duniawi.

    Al-Qur’an merupakan mahakarya Allah yang tidak sekalipun pernah lekang dengan waktu, terus berdampingan dengan perkembangan zaman yang kian modern hingga nanti berakhirnya seluruh alam semesta ini. Al-Qur’an juga akan selalu relevan dengan esensi kehidupan, tidak hanya diperuntukkan kepada umat Islam semata, namun juga bagi seluruh umat manusia, menunjukkan jalan yang terang, menjadi pembeda antara haq dengan yang batil.

    Melalui peringatan Nuzulul Qur’an, Islam dengan ajarannya yang inspiratif merupakan refleksi bagi masyarakat muslim, sebuah keyakinan bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang eksistensinya akan terus terhubung dengan penciptanya. Hal ini disampaikan oleh Dr. H. Abdul Haris, M.Ag bersama Dr. H. Isroqunnajah M.Ag selaku narasumber kajian ilmiah interaktif bertajuk “Membumikan Al-Qur’an Dalam Setiap Langkah Kehidupan” yang digelar Masjid Raden Fatah Universitas Brawijaya, Jumat (22/4/2022).

    Polemik kehidupan yang kembali terulang terus menerus dari masa ke masa diakibatkan minimnya kecintaan manusia atas petunjuk-petunjuk yang sudah dituliskan di Al-Qur’an.

    Kebutuhan pikiran dan hati disetiap pribadi manusia telah disediakan melalui surat-surat Allah di dalam Al-Qur’an, namun tidak jarang bagi sebagian besar manusia ketika dirinya masih terjebak dalam kepentingan-kepentingan bersifat nafsu duniawi, mereka tak sadar dan lupa, seolah-olah membuat cara hidup sendiri dan meninggalkan pedoman-pedoman sang pencipta.

    Problematika lainnya yang turut muncul ke permukaan di era sekarang ini ketika pemahaman Al-Qur’an tak kunjung diamalkan di dalam tindakan, padahal amalan-amalan tersebut merupakan wujud nyata yang melahirkan prinsip-prinsip berkehidupan mulia di masyarakat muslim.

    Maka dari itu untuk memahami kalimat “sebagai petunjuk jalan yang lurus” kiranya tidak boleh dipahami secara setengah-setengah, karena momen Nuzulul Qur’an dapat mengingatkan kita kembali, untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur’an. Membacanya, mengkajinya lebih dalam, untuk mengenal ayat-ayat Allah serta mengamalkannya.

    Bagaimana-pun umat Islam memahami istilah “jalan yang lurus” tidak hanya melalui pintu-pintu amalan kebaikan saja dan meninggalkan larangan-larangannya, akan tetapi juga membuka pola pikir dan perspektif dalam menelaah hal-hal yang bersifat rahasia ilahi, diantaranya tersirat dalam bentuk perenungan, seperti : mengapa Allah menurunkan Al-Qur’an, menciptakan dunia dan segala kehidupannya, apa makna dan tujuan manusia dilahirkan di muka bumi, apa yang harus dilakukan ketika manusia sudah tidak lagi berada di dunia, dan sebagainya.

    Maka di saat manusia sudah berada di jalan yang lurus (berislam), mereka tidak lagi bebas dalam aktivitas kehidupannya, ada batasan-batasan syariat Allah yang senantiasa menjaga manusia dari “jalan lain” menuju kemaksiatan. Sejatinya Al-Quran tidak hanya sebagai “way of life” pribadi manusia, namun juga berperan sebagai pintu hidayah, petunjuk nurani, obat penawar serta nasehat bagi mereka yang mau untuk mengimani, berkomitmen dalam meraih keselamatan dunia dan akhirat. (Hms/Jon)

    KOTA MALANG
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Hidupkan Kembali Masjid Al-Hadiid dengan...

    Artikel Berikutnya

    Bripka Arif Harmoko Anggota Propam Polrestabes...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Polresta Banyuwangi Siap Kawal Tahapan Krusial Pilkada 2024
    Syukuran, Pedagang Soto Branggahan Gelar Nyoto Bareng Mas Dhito
    Lagu  Rumah  Kita Jadi Penutup Kampanye Akbar Mampu Hipnotis Ribuan  Pendukung Vinanda-Gus Qowim

    Ikuti Kami